Warga Yang Terdampak Rubella Minta Pemerintah Aceh Galakkan Imunisasi


Selasa, 11 September 2018 - 15.56 WIB


Banda Aceh – Dari catatan Dinas Kesehatan Aceh, capaian imunisasi di Aceh masih sangat rendah dari Provinsi lain. Data per 5 September 2018, Aceh baru mencakup 6,76 persen atau sekitar 200 ribuan anak yang telah diimunisasi dari 1,5 juta anak.
Hal itu juga berdampak pada rentannya anak usia dini terkena campak rubella. Seperti apa yang dirasakan oleh seorang bidan di Aceh, Husna yang anaknya terkana dampak rubella. Kini anak pertamanya yang sudah berusia 2,5 Tahun mengalami gangguan penglihatan, pendengaran dan belum bisa berjalan.
Husna menceritakan, saat usia kandungannya memasuki usia tiga bulan ia menderita campak, disekujur tubuhnya muncul bercak merah dan panas badannya turun naik selama dua hari dan langsung sembuh tanpa dibawa ke dokter. Ia mengira, penyakit itu hanya demam biasa.
“Waktu itu saya tidak ada berobat. Sembuh sendiri panasnya, saya kira itu biasa saja. Ternyata dampaknya saat saya melahirkan dan yang terkena dampaknya anak saya,” kata Husna saat ditemui di salah satu Warkop di Banda Aceh, Selasa (11/9).
Dampak rubella yang dialami Husna saat ia memeriksa anaknya ke dokter, saat itu mata anaknya yang masih berusia 3 bulan agak keputih-putihan dan mengalami gangguan pendengaran.
Saat diperiksa, ia baru mengetahui dari dokter bahwa anaknya terdampak virus Rubella saat masih dalam kandungan. “Awalnya saat kandungan saya tidak sadar bahwa itu Rubella. Ternyata dampaknya pada anak saya saat ini,” ujarnya.
Hal serupa juga dialami oleh Ditarayana, anaknya yang berusia 7 Tahun mengalami hal yang sama. Gejala yang dialami Husna sama dengan Ditarayana. Saat memasuki kandungan lima minggu, ia mengalami panas dan muncul bercak merah ditubuhnya.
Namun tidak dihiraukan, karena dalam jangka 3 hari penyakit itu sembuh. Ia baru mengetahui bahwa dampak campak Rubella saat ia melahirkan dan berkonsultasi ke dokter terkait gejala yang dialami anaknya.
“Banyak keluhan pas lahir, anak saya ada putih di matanya, pas saya konsul ke dokter, dan dokter bilang ini katarak dan kena virus Rubella,” pungkasnya.
Kini, apa yang dialami anaknya dari dampak Rubella ialah terganggu pendengaran, tidak bisa bicara, penglihatan terganggu dan tidak normal berjalan. Badannya pun mengecil, meski sudah memasuki usia 7 Tahun.
Apa yang dialami Ditariyana dan Husna sebenarnya masih banyak di Aceh. Saat ini, pihaknya tengah membangun komunitas Rumah Rubella Aceh, yang anggotanya sekarang 10 orang. Namun, Ditariyana meyakini bahwa di Aceh masih ada yang bernasib sama seperti mereka.
Ia juga menghimbau agar seluruh ibu-ibu yang ada di Aceh untuk berani memberikan imunisasi pada anaknya. Agar tidak terdampak rubella. “Ibu-ibu juga harus berani memberikan imunisasi pada anaknya. Kita harus potong rantai dampak rubella ini,” sebutnya.
Sekretaris Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Aceh, Dr. Aslinar Spa mengatakan, di Aceh cakupan vaksin harus sudah terpenuhi di Tahun 2020. Jika tidak, akan berefek buruk pada tahun 2035 kedepan. Kata dia, Efek campak itu sangat berat. Dan Rubella akan berbahaya jika menyerang ibu hamil.
Efeknya, sebut Aslinar, bisa keguguran atau bisa melahirkan bayi-bayi Congenital Rubella Syndrome (CRS) berupa katarak, tuli, bocor jantung dan kelainan pada otak, otak bayi bisa mengecil. Seharusnya, vaksin MR sudah bisa digalakkan kembali di Aceh yang sempat tertunda.
“Tidak ada cara lain, harus memberikan vaksin. kita mengharapkan Gubernur harus berani dan tegas untuk segera melaksanakan vaksin MR kembali, karena sudah ada fatwa itu dibolehkan,” ujarnya. 



Sumber : KanalAceh.com
Bagikan:
KOMENTAR