Lahan Pengembala Ternak Kerbau Menyempit di Abdya


Rabu, 23 Agustus 2017 - 11.09 WIB


BLANG PIDIE– Lapangan pengembalaan hewan ternak di Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya) Provinsi Aceh mengalami penyempitan akibat alih fungsi lahan, sehingga populasi kerbau di daerah itu mengalami penurunan.


Kepala Bidang Peternakan pada Dinas Pertanian dan Pangan Abdya, Sukiman di Blangpidie, Senin mengatakan, jumlah populasi kerbau di daerahnya saat ini hanya sekitar 3.519 ekor di seluruh perdesaan dalam sembilan kecamatan.


"Kalau dulu, lapangan rumput masih luas di perdesaan, populasi hewan kerbau sangat banyak di desa-desa. Kalau sekarang populasinya sudah menurun karena lapangan pengembalaan sudah sangat menyempit, akibat alih fungsi lahan," katanya.


Ia berkata, tidak sedikit lapangan rumput yang berada di perdesaan dalam Kabupaten Abdya yang dahulunya tempat anak-anak mengembala kerbau kini sudah dimanfaatkan warga untuk berkebun menanam berbagai macam tanaman hortikultura.


"Kalau kini hampir semua lahan tidur di desa-desa sudah dimanfaatkan petani, termasuk lahan gunung dekat permukiman penduduk sudah digarap warga, sehingga ketersediaan rumput terbatas. Kalaupun ada harganya mahal mencapai Rp50 ribu/karung isi 50 kilogram," ujarnya.


Meskipun demikian, lanjut dia, Pemkab Abdya akan terus berupaya melakukan penambahan populasi kerbau di desa-desa dengan cara menyalurkan bibit bantuan kepada masyarakat untuk diternak agar populasinya menjadi bertambah.


"Insyaallah, untuk tahun ini Pemkab Abdya melalui Dinas Pertanian akan menyalurkan bantuan kerbau kepada masyarakat sebanyak 37 ekor, sumber Anggaran Pendapatan Belanja Kabupaten (APBK) 2017," ujarnya.


Salah seorang warga Kecamatan Tangan-Tangan, M Adam, saat ditanya mengatakan, hadirnya hand traktor (traktor tangan) ke tengah-tengah petani salah satu penyebab turunnya populasi kerbau di desa-desa.


Dulu, lanjut dia, masyarakat di perdesaan memeliharan kerbau minimal dua ekor/petani untuk kebutuhan membajak sawah. Kalau sekarang, petani lebih memilih kerbau buatan pabrik yang makan minumnya bahan bakar minyak (BBM).


"Jadi, dengan menggunakan traktor proses pembajakan lahan sawah menjadi lebih cepat bila dibandingkan hewan. Makanya warga sudah kurang memelihara kerbau," katanya.


Ia berkata, dengan menggunakan hand traktor untuk membajak sawah, anak-anak petani di perdesaan tidak perlu harus repot-repot lagi pulang sekolah mengembalakan kerbau seperti jaman dulu.


"Kalau dulu, sawah dibajak dengan kerbau dan anak-anak pulang sekolah mengembala kerbaunya di padang luas. Makanya dulu kerbau banyak di desa-desa. Kalau sekarang sudah tidak lagi seperti itu," ujarnya. (ant/H88)
Bagikan:
KOMENTAR