Pemkab Aceh Tenggara Tambah Alat Berat di Lokasi Banjir


Kamis, 20 April 2017 - 08.04 WIB


KUTACANE – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Aceh Tenggara, Provinsi Aceh, menambah alat berat di lokasi longsor dan banjir bandang untuk mempercepat proses evakuasi material yang terbawa arus banjir.


"Ada dua alat berat, milik swasta kita tambah. Kini, jumlah alat berat kita yang bekerja delapan unit," ucap Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah Aceh Tenggara, Nur Hasan Bangko, di Kutacane, Rabu.


Enam unit alat berat digunakan jenis eskavator sejak terjadi musibah tersebut, lanjut dia, selain berasal dari pihaknya, juga dari beberapa instansi di lingkungan Pemkab Aceh Tenggara.


Ditambah lagi dengan dua unit loader yang merupakan alat pemuat hasil gusuran, atau galian dengan roda karet untuk mempercepat proses evakuasi yang dilakukan.


Data terakhir pihaknya, bencana longsor dan banjir bandang di Aceh Tenggara terjadi Selasa, (11/4), telah mengakibatkan 183 rumah hanyut, 47 rumah rusak sedang, dan 208 rumah rusak ringan.


Jumlah pengungsi tercatat 460 keluarga atau 1.765 jiwa, dan meninggal dunia dua orang, serta sebagian besar menumpang terutama tidur pada malam hari di tempat keluarganya.


"Kesepuluh alat berat ini, kita targetkan bekerja hingga masa tanggap darurat berakhir atau Senin, (25/4)," terangnya.


Gubernur Aceh Zaini Abdullah menilai, praktek illegal logging atau penebangan liar telah berdampak buruk terhadap lingkungan, dan masyarakat yang tinggal di daerah kawasan hutan, dan aliran sungai.


"Saya minta pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab untuk menghentikan praktik-praktik penebangan liar di seluruh Aceh, karena dampaknya sangat buruk bagi masyarakat," kata Zaini Abdullah.


Zaini mengakui, dari sisi aturan sudah ada regulasi yang mengatur agar adanya moratorium terhadap penebangan hutan Aceh dalam upaya menjaga hutan di provinsi berpenduduk sekitar lima juta jiwa itu.


"Kami minta kepada pihak yang terlibat untuk bertanggungjawab terhadap terjadinya pembalakan liar di Aceh khususnya di Aceh Tenggara yang akhir-akhir ini dilanda banjir bandang," katanya.


Gubernur mengatakan, wilayah Aceh Tenggara sangat sensitif terhadap banjir, atau sama halnya seperti di Kabupaten Aceh Singkil dan beberapa daerah lain di Aceh.


"Saya nilai banjir bandang di Aceh Tenggara akibat praktik penebangan liar, karena terlihat dari banyaknya bekas-bekas kayu hasil penebangan liar yang dibawa banjir," ucapnya.(ant/harian88)
Bagikan:
KOMENTAR