Aceh Utara - Dalam upaya meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat dan mencegah penyebaran penyakit menular maupun tidak menular, Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Utara melalui Bidang Kesehatan Masyarakat terus menggencarkan berbagai program kegiatan dalam bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular dan Tidak Menular (P2PM) sepanjang tahun 2025.
Plt Kepala Dinas Kesehatan Aceh Utara, Jalaluddin, S.KM., M.KM, melalui Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat, Samsul Bahri, SKM., MKM, menyampaikan bahwa kegiatan P2PM tahun ini difokuskan pada upaya promotif dan preventif, yang tidak hanya berorientasi pada penanganan penyakit, tetapi juga menyasar edukasi dan perubahan perilaku masyarakat.
“Program P2PM merupakan bagian penting dalam strategi pembangunan kesehatan. Tujuannya adalah untuk menekan angka kesakitan, meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap gaya hidup sehat, serta memperkuat deteksi dini dan penanganan cepat terhadap berbagai jenis penyakit, baik yang menular maupun tidak,” ujar Samsul pada Rabu, 23 Juli 2025.
Selama tahun 2025, Dinas Kesehatan Aceh Utara merancang berbagai kegiatan di bawah program P2PM. Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain:
1. Skrining Penyakit Tidak Menular (PTM)
Pemeriksaan dini terhadap hipertensi, diabetes melitus, dan kanker leher rahim pada kelompok masyarakat usia dewasa dan lanjut usia dilakukan melalui Posyandu di seluruh kecamatan.
2. Sosialisasi dan Edukasi Pencegahan Penyakit Menular
Melalui media cetak, elektronik, dan digital, masyarakat diberikan informasi mengenai pencegahan penyakit menular seperti TBC, HIV/AIDS, hepatitis, dan malaria.
3. Kampanye Germas (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat)
Kegiatan massal seperti senam sehat, penyuluhan gizi seimbang, dan deteksi dini kesehatan dilaksanakan di sekolah, perkantoran, dan ruang publik.
4. Fogging Fokus dan Pembagian ABATE
Dalam upaya menekan kasus demam berdarah dengue (DBD), kegiatan fogging dan pembagian abate dilakukan secara terjadwal di desa-desa endemis.
5. Pendampingan dan Pemantauan ODGJ dan ODHA
Petugas kesehatan di puskesmas melakukan kunjungan rutin serta pendampingan terhadap Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) dan Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) sebagai bagian dari pendekatan humanis dalam pelayanan kesehatan.
6. Pemeriksaan dan Vaksinasi Imunisasi Lanjutan
Dinkes juga terus memantau dan mengupayakan cakupan imunisasi dasar lengkap dan imunisasi lanjutan bagi bayi dan anak-anak, termasuk pemberian vaksin HPV bagi remaja putri.
Kegiatan P2PM memberikan banyak manfaat langsung dan jangka panjang kepada masyarakat, di antaranya:
Menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit menular dan tidak menular.
Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pola hidup bersih dan sehat.
Mendeteksi lebih dini penyakit berisiko sehingga dapat segera ditangani.
Mendukung pencapaian target indikator kesehatan nasional dan regional.
Mengurangi beban pembiayaan kesehatan masyarakat melalui upaya pencegahan.
Samsul Bahri juga menegaskan bahwa pendekatan promosi kesehatan tidak bisa hanya bergantung pada tenaga medis semata, tetapi harus melibatkan seluruh elemen, termasuk perangkat desa, tokoh masyarakat, dan organisasi kepemudaan.
“Kami mengajak semua pihak untuk menjadi bagian dari agen perubahan, karena tanpa partisipasi aktif masyarakat, P2PM tidak akan berjalan maksimal,” tambahnya.
Dinas Kesehatan Aceh Utara menargetkan:
100% puskesmas aktif melaksanakan Posyandu secara rutin.
Penurunan minimal 10% kasus DBD dibandingkan tahun sebelumnya.
Cakupan imunisasi dasar lengkap meningkat hingga 95%.
Meningkatkan cakupan skrining kanker serviks pada wanita usia subur hingga 80%.
Penurunan angka kasus baru HIV/AIDS dan TBC.
Dinkes juga menekankan pentingnya data dan pelaporan yang akurat dari puskesmas untuk memudahkan evaluasi serta pengambilan kebijakan berbasis bukti (evidence-based).
Dengan semangat kolaborasi dan sinergi lintas sektor, program P2PM 2025 diharapkan mampu menjadi garda terdepan dalam mewujudkan masyarakat Aceh Utara yang lebih sehat, produktif, dan berdaya tahan terhadap penyakit.
“Mari kita jaga diri, keluarga, dan lingkungan. Cegah lebih baik daripada mengobati,” tutup Samsul Bahri. (ADV)