Aceh dan Stunting


Jumat, 13 Mei 2022 - 08.51 WIB



Photo : Putri ILham Sari, Mahasiswi Doktoral Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala.

--------------------------------------------------------------------Stunting ( bertubuh pendek ) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat serius yang saat ini dihadapi Provinsi Aceh. Tahun 2021, Aceh merupakan provinsi ketiga dengan kejadian stunting tertinggi di Indonesia. Tentu saja hal ini menjadi perhatian utama bagi Pemerintah untuk mengambil langkah perbaikan dan penanganan mengingat akibat dari stunting salah satunya adalah menghambat perkembangan anak yang akhirnya akan menurunkan mutu generasi masa depan Aceh. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan perencanaan pengelolaan kesehatan masayarakat. Dalam pelaksanaan nya tentu saja harus memperhatikan factor penyebab dan factor tidak efektifnya program – program yang telah disusun sebelumnya. 


Data Litbangkes mengatakan bahwa factor penyebab stunting di Aceh diantaranya adalah rendahnya pemberian ASI eksklusif pada anak usia 0 – 59 bulan dan masih tingginya pengangguran sehingga menyebabkan sulitnya memenuhi kebutuhan gizi. Artinya, ibu – ibu di Aceh masih banyak yang tidak memahami pentingnya  pemberian ASI eksklusif terhadap pencegahan stunting. Begitu juga dengan factor social ekonomi yaitu masih tingginya pengangguran di Aceh, hal ini menggambarkan masih sulitnya mendapatkan pekerjaan di Aceh. Bila dilihat dari data tersebut, upaya penanganan stunting tidak merupakan tanggungjawab sector kesehatan saja, sehingga dalam upaya penanganan stunting harus adanya koordinasi lintas sector baik dari Pemerintah ataupun dari masyarakat.


Pemerintah Aceh telah melakukan upaya cepat terkait masih tingginya kasus stunting di Aceh dengan adanya Peraturan Gubernur Aceh Nomor 14 Tahun 2019 tentang Pencegahan dan Penanganan Stunting Terintegrasi. Pertimbangan konteks kearifan local dalam penyusunan kebijakan ini diharapkan dapat merubah prilaku masyarakat Aceh dalam pengasuhan pemberian gizi kepada anak.


Sehingga lahirlah program adanya Rumoh Gizi Gampong ( RGG ) di setiap Kabupaten/Kota. Program RGG yang memiliki peran untuk memberikan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat dengan memfokuskan pada meningkatkan kesadaran masyarakat untuk melakukan prilaku hidup sehat agar anak – anak di Aceh dapat terhindar dari risiko stunting.


Namun, dengan melihat hasil data di Tahun 2021, seperti program RGG ini belum dapat dikatakan efektif untuk menurunkan angka kejadian stunting di Aceh. Meskipun kendala adanya masa pandemic tidak dapat di pungkiri merupakan salah satu factor ketidakefektifan pelaksanaan program tersebut. Dengan adanya program RGG ini diharapkan dapat mengubah prilaku pola asuh para ibu di Aceh dan meningkatkan pemahaman para ibu tentang kesehatan dan tumbuh kembang anak. Seperti pentingnya pemberian ASI eksklusif, cara membuat MP-ASI yang bergizi dan pentingnya pemberian imunisasi kepada anak.


Keberhasilan program RGG ini dapat dicapai dengan adanya keterlibatan dan dukungan dari banyak pihak seperti tenaga kesehatan, tokoh agama, kader didesa dan fasilitas kesehatan, pimpinan desa, pimpinan kabupaten dan Provinsi serta para akademisi. Dibutuhkan monitoring dan evaluasi dalam pelaksanaannya dan tercukupinya anggaran dalam pembiayaan demi terlaksananya program ini.


Bila seluruh pihak terkait berkomitmen dalam pelaksanaan program ini, angka kejadian stunting di Aceh pasti dapat diturunkan sehingga generasi masa depan Aceh dapat terselamatkan.


Dimasa depan, disarankan Pemerintah focus pada program untuk para remaja putri sebagai calon ibu nanti. Alangkah baiknya bila terdapat sebuah program yang focus terhadap para remaja putri yang nantinya menjadi ibu dimasa depan. Bila para calon ibu diberikan pemahaman terkait kesehatan anak dan pola asuh anak sejak usia ideal untuk menikah. Maka akan didapatkan para calon ibu yang memiliki ilmu pengetahuan yang cukup saat melangkah ke pernikahan dan telah siap saat memiliki keturunan. Telah saatnya dipersiapkan upaya pencegahan stunting sejak calon ibu masih masa remaja dan tidak terfokus hanya dari saat hamil saja.selain akan menurunkan angka kejadian stunting, program persiapan remaja produktif ini juga akan dapat menurunkan risiko terjadi Depresi Pasca Melahirkan dan Bridezilla Syndrome ( syndrome pernikahan ) sehingga remaja putri yang melangkah ke jenjang pernikahan dan nantinya akan menjadi ibu yang memiliki psikologi yang baik.



Penulis : Putri ILham Sari, Mahasiswi Doktoral Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala.
Bagikan:
KOMENTAR