Presiden Yaman mundur, ini alasannya


Jumat, 08 April 2022 - 23.16 WIB



YAMAN - Presiden Yaman Abdrabbuh Mansur Hadi telah mengundurkan diri, setelah gagal untuk tetap berkuasa selama perang saudara selama tujuh tahun.


Seperti dilaporkan RT, Kamis (7/4/2022), Hadi menyerahkan wewenang penuh kepada dewan delapan anggota yang dipimpin oleh mantan menteri dalam negeri Yaman, Rashad al-Alimi.


“Saya mendelegasikan kekuatan penuh saya kepada Dewan Kepemimpinan Presiden, sesuai dengan konstitusi dan Inisiatif Teluk dan mekanisme eksekutifnya,” kata mantan pemimpin Yaman itu pada Kamis.


Hadi menambahkan bahwa negara itu sekarang memasuki "masa transisi," di mana Dewan harus merundingkan solusi politik akhir dengan pemberontak Houthi.


Arab Saudi dan UEA, keduanya pemangku kepentingan utama dalam konflik Yaman, telah menyambut baik transisi kekuasaan dan mengumumkan keputusan mereka untuk mengalokasikan US$ 3 miliar (Rp 43 triliun) untuk mendukung ekonomi Yaman.


Selain itu, Riyadh akan menghabiskan US$ 300 juta (Rp 4,3 triliun) untuk mendanai rencana respons kemanusiaan yang diprakarsai PBB yang bertujuan untuk “mengurangi penderitaan rakyat Yaman.”


Pengumuman itu muncul beberapa hari setelah koalisi pimpinan Saudi dan pemberontak Houthi setuju untuk mempertahankan gencatan senjata yang ditengahi PBB. Gencatan senjata itu bertepatan dengan bulan suci Ramadhan. Semua permusuhan, termasuk di darat, udara, dan laut, telah dihentikan sejak Sabtu.


Perang saudara Yaman pecah pada Januari 2015, ketika pemberontak Houthi bersenjata menggulingkan pemerintah Hadi, memaksa presiden untuk melarikan diri ke Arab Saudi. Masih diakui oleh masyarakat global, Hadi telah berusaha untuk mendapatkan kembali kekuasaan dengan menggunakan bantuan asing.


Koalisi yang dipimpin Saudi, yang didukung oleh AS dan Inggris, telah banyak mengebom negara yang dilanda perang itu. Diperkirakan 233.000 orang telah kehilangan nyawa dalam konflik ini.


Perang Yaman telah disertai dengan apa yang disebut oleh PBB sebagai “krisis kemanusiaan terburuk di dunia”, dengan 20 juta orang menderita kelaparan dan kekurangan gizi.



Sumber: BeritaSatu.com

Bagikan:
KOMENTAR