Penderitaan Rakyat Gaza Tak Berujung, Krisis Air dan Listrik Kian Parah


Selasa, 18 Mei 2021 - 17.23 WIB



JALUR GAZA - Penduduk Jalur Gaza dibangunkan pada dini hari Senin (17/5) oleh pemboman Israel terberat sejak konflik meningkat sepekan lalu.


Serangan bom Israel meratakan bangunan tempat tinggal dan jaringan listrik serta air yang sangat penting pun hancur.

Serangan semalam itu membawa korban tewas Palestina menjadi sekitar 212 orang, termasuk 59 anak-anak dan 35 wanita, sementara lebih dari 1.300 orang lainnya terluka.

Israel menargetkan rumah, apartemen dan bangunan komersial, dan juga mengenai satu mobil dan kafetaria di pantai, mengakibatkan semakin banyak kematian dan korban cedera.

Pengeboman tanpa henti telah menghancurkan layanan listrik, air dan sanitasi di Gaza, meningkatkan kekhawatiran akan krisis kemanusiaan yang mendalam bagi 2 juta orang yang tinggal di sana.

Walikota Kota Gaza Yahya Al-Sarraj mengatakan layanan penting telah dikurangi secara signifikan dalam beberapa hari terakhir karena sumber daya yang terbatas dan kerusakan jalan, saluran listrik dan pipa air.

Dia menuduh Israel sengaja menargetkan infrastruktur penting dan menghancurkan jalan-jalan utama, termasuk akses ke Rumah Sakit Al-Shifa.

“Sanitasi dan pasokan air untuk penduduk terpukul parah,” ungkap Al-Sarraj kepada Arab News.

“Satu-satunya pabrik desalinasi di Kota Gaza telah berhenti berfungsi sebagai akibat dari pemboman Israel di daerah sekitarnya dan ketidakmampuan pekerja untuk mencapainya, serta pemadaman listrik yang terus menerus telah mempengaruhi pemompaan air dari sumur ke rumah,” ungkap dia.

Ziad Sheikh Khalil, 44, mencoba menyediakan penerangan untuk rumah yang dia tinggali bersama istri dan empat anaknya dengan mengisi baterai selama beberapa jam listrik tersedia.

"Kami hampir tidak mendapatkan listrik tiga jam sehari," ujar dia kepada Arab News.

"Saat listrik menyala, semua anggota keluarga bekerja dengan cepat untuk mengisi daya ponsel, serta mengoperasikan mesin cuci dan memompa air ke tangki di bagian atas gedung," papar dia.

Jalur Gaza telah mengalami kekurangan listrik yang parah selama bertahun-tahun, tetapi dalam beberapa hari terakhir krisis telah memburuk karena kurangnya bahan bakar dan kerusakan pada 10 saluran listrik yang berasal dari Israel.

"Enam dari 10 jalur listrik Gaza terputus dan pasokan telah berkurang lebih dari setengahnya,” ujar Mohammed Thabet, juru bicara Perusahaan Distribusi Listrik Gaza.

“Ada beberapa daerah perbatasan yang sama sekali putus aliran listriknya,” ungkap dia.

Kru perbaikan tidak dapat memperbaiki garis karena serangan lanjutan Israel yang tanpa henti.

“Penutupan penyeberangan Kerem Abu Salem juga telah mempengaruhi pasokan bahan bakar untuk satu-satunya pembangkit listrik di Jalur Gaza,” papar dia.

Thabet menambahkan, “Jaringan listrik di dalam Jalur Gaza juga terkena pemboman Israel di daerah pemukiman. Ini meningkatkan kesulitan yang dihadapi perusahaan."


Sumber : Sindonews.com

Bagikan:
KOMENTAR