Miris...!! Ada Janda Cantik Di Pidie Jaya Tinggal Di Gubuk Reot


Minggu, 02 Mei 2021 - 21.39 WIB



PIDIE JAYA -  Seperti nya target pemerintah untuk mengurangi angka kemiskinan di tanah rencong belum maksimal, dimana saat ini masih banyak warga Aceh yang hidup di bawah kemiskinan dan tinggal di rumah- rumah tak layak huni.


Hal tersebut di mana banyak warga Kabupaten Pidie Jaya, Aceh yang iba jika melihat seorang janda muda dan memiliki dua anaknya yang masih kecil kecil polos yang tinggal di gubuk reot tak layak huni Persis seperti rumah-rumahan. 

Rumah milik Tak layak huni merupakan milik Nadiatul Husna warga Desa Ujong Batoh, Kecamatan Trienggadeng, Kabupaten Pidie Jaya, dengan ukuran rumah tiga kali empat meter tanpa ada nya kamar dan sempit.

Janda Nadiatul Husnah ini tinggal bersama bertiga dengan anak nya bernama Masna Khaira yang masih duduk di kelas 1 Sekolah Dasar, sedangkan anaknya yang kecil bernama Muhammad Alfi masih balita.

Kisah pilu seorang janda muda beranak 2 (dua) yang tinggal di sebuah gubuk reyot dibelakang rumah keluarganya. Bagaimana tidak janda berumur 32 tahun ini tinggal di sebuah rumah tidak layak huni selama hampir enam tahun lalu. 

Saat disambangi awak media tampak rumah janda muda dua anak ini berada sekitaran 200 meter dari Meunasah gampong ke arah barat, tepatnya di dekat sawah pingqgiran gampong. Untuk menuju rumah tersebut saja harus melewati jalan setapak yang sempit melaui sumur tetangganya.

Sehari-hari Nadianatul Husna bersama dua anaknya tinggal di rumah berukuran 3x5 meter berdindingkan tepas (ayaman bambu) dan beratap daun rumbia dari rumah tua bekas keluarganya. Kamar tidur, ruang makan, ruang tamu dan dapur menjadi satu. Itulah keadaan rumah janda muda ini bagaikan rumah-rumahan.

Dalam kesehariannya, janda muda ini bertahan hidup dengan dua anaknya yang masih kecil, meskipun harus tinggal di gubuk berdinding tepas bekas dan berlubang.

Menjadi buruh harian lepas di salah satu gudang sirup Keudee Trienggadeng, dengan gaji Rp40.000/hari. Setiap harinya ia harus menempuh jarak tempat bekerja lebih kurang 2,5 km serta berkerja dari jam 8.00 sampai 17 Wib sore.

“Saya pergi kerja biasanya diantar oleh ayah saya, terkadang saya diboncengi kawan satu kerjaan, anak saya yang nomor dua ketika saya kerja tinggal bersama orang tua, terkadang pula ikut bersama saya ketempat kerja.” cerita Nadia

Anak pertama saya tinggal bersama mertua saya (orang tua mantan suami saya-red) dan anak kedua saya tinggal bersama saya digubuk yang reot ini. Sebelum pisah kami juga tinggal tidak menetap, pernah tinggal di Meuraksa Kecamatan Meureudu dan juga di Samalanga Kab. Bireuen karena suami saya hanya buruh.

Nadiatul Husna pisah dengan suami sejak 2018, dan tinggal ditempat ini lebih dari 5 tahun yang lalu dan tidak tau mengadu kepada siapa. "saya bekerja berkerja semata-mata untuk kebutuhan sehari-hari. Tapi sayang selama puasa saya baru bekerja 7 hari saja. Selama ini saya tidak mendapatkan bantuan apa-apa selain BLT di desa/ gampong, adakah saudara-saudaraku yang bisa menolong saya? “pertanyakannya dengan penuh harap

Pada pemerintah saya tidak ada harapan sama sekali, saya buka pendatang tapi sejak lahir disini. Sebenarnya tidak perlu saya melaporkan kemana-mana pihak gampong bisa melihat sendiri keadaan yang saya rasakan. Namun uluran tangan dari yang mampu sangat saya butuhkan demi menjalani hidup ini. Semoga Allah Yang Maha Kuasa mengabulkannya,” akhiri Nadia. (Red)
Bagikan:
KOMENTAR