Seperti yang terjadi di salah satu agen pupuk di Jalan KH Wahid Hasyim, Jombang Kota. Kurs rupiah yang tertahan di angka Rp 14.974 per USD membuat harga pupuk impor maupun berbahan impor, naik cukup signifikan.
Pemilik agen pupuk Renata Festiani mengatakan, pupuk jenis KCL naik dari Rp 5 ribu/Kg menjadi Rp 6.500/Kg, pupuk NPK naik dari Rp 9 ribu/Kg menjadi Rp 11 ribu/Kg, sedangkan pupuk ZA naik dari Rp 4 ribu/Kg menjadi Rp 4.500/Kg.
Tak hanya itu, lanjut Renata, kenaikan juga terjadi pada obat-obatan pertanian impor. "Kenaikan sekitar 10 sampai 15 persen," ungkapnya.
Kendati begitu, kata Renata, kenaikan harga pupuk non subsidi ini belum berdampak pada kuantitas penjualannya. Hanya saja, dirinya kerap kali mendapat keluhan dari para petani.
"Petani jelas mengeluh, bagaimana lagi kalau tak dipupuk tida dapat hasil," ujarnya.
Salah seorang petani di Jombang Muhammad Soleh membenarkan. Menurut dia, harga pupuk organik, fungisida dan obat-obatan pertanian lainnya naik cukup signifikan di agen-agen pupuk di Kota Santri.
"Saya belanja pupuk organik, fungisida dan obat-obatan. Ada kenaikan lebih dari 10 persen," terangnya saat belanja di toko pupuk milik Renata.
Soleh mengaku keberatan dengan kenaikan harga pupuk non subsidi. Tentunya naiknya harga pupuk membuat biaya tanam membengkak.
Namun, dia tak bisa berbuat apa-apa. Pasalnya, pupuk tetap harus dibeli untuk memastikan tanaman tidak gagal panen.
"Tolong lah petani dibantu untuk penjualannya (hasil panen) supaya bisa mengurangi dampak kenaikan harga pupuk ini," tandasnya.
Sumber : detik.com