Aceh Utara - Penyakit kulit scabies atau yang dikenal masyarakat sebagai gudik, menjadi salah satu masalah kesehatan yang kerap menyerang santri di lingkungan pesantren. Kondisi asrama yang padat dan kurangnya kesadaran menjaga kebersihan pribadi menjadi faktor utama penyebaran penyakit ini.
Plt Kepala Dinas Kesehatan Aceh Utara, Jalaluddin, S.KM., M.KM, melalui Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat, Samsul Bahri, SKM., MKM, pada Rabu, 11 Agustusi 2025, mengingatkan pentingnya edukasi dan pencegahan dini terhadap penyakit ini. Ia menekankan bahwa scabies bukan penyakit mematikan, tetapi sangat mengganggu aktivitas dan kenyamanan penderitanya, terutama di lingkungan pesantren yang memiliki interaksi erat antarsantri.
Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau kecil bernama Sarcoptes scabiei. Tungau ini menggali lapisan kulit dan menyebabkan rasa gatal yang hebat, terutama pada malam hari. Gejalanya ditandai dengan ruam merah, gatal luar biasa, dan bintik-bintik kecil di sela-sela jari, pergelangan tangan, ketiak, pinggang, dan bagian tubuh lain.
“Penyakit ini mudah menyebar melalui kontak langsung kulit dengan penderita atau berbagi barang pribadi seperti handuk, sprei, dan pakaian,” ujar Samsul Bahri.
Untuk menekan penyebaran scabies di kalangan santri, Dinas Kesehatan Aceh Utara menyampaikan beberapa langkah pencegahan yang wajib diterapkan di pesantren:
1. Menjaga Kebersihan Diri
Santri harus rutin mandi minimal dua kali sehari menggunakan sabun antiseptik, serta mengganti pakaian dalam dan luar setiap hari.
2. Tidak Berbagi Barang Pribadi
Barang-barang seperti handuk, pakaian, dan selimut harus digunakan secara pribadi dan tidak dipinjamkan kepada orang lain.
3. Cuci dan Jemur Barang Secara Berkala
Sprei, sarung, baju, dan handuk harus dicuci rutin dan dijemur di bawah sinar matahari untuk membunuh tungau penyebab scabies.
4. Membersihkan Lingkungan Asrama
Lantai, dinding, dan tempat tidur perlu dibersihkan secara rutin menggunakan disinfektan.
5. Pemeriksaan Rutin
Santri sebaiknya menjalani pemeriksaan kulit secara berkala oleh petugas kesehatan pesantren untuk deteksi dini.
Menurut Dinas Kesehatan Aceh Utara, pengobatan scabies harus dilakukan secara menyeluruh dan tidak boleh setengah-setengah. Berikut langkah pengobatan yang disarankan:
Penggunaan Salep Permetrin atau Benzyl Benzoate
Salep ini dioleskan ke seluruh tubuh (kecuali wajah dan kepala kecuali anak kecil) pada malam hari dan dibersihkan keesokan harinya.
Obat Minum
Dalam beberapa kasus, dokter dapat meresepkan obat antiparasit oral seperti ivermectin, terutama jika infeksi menyebar luas atau menyerang komunitas tertutup.
Pengobatan Serentak
Semua orang yang tinggal bersama penderita juga harus diobati meskipun tidak mengalami gejala, guna mencegah penularan ulang.
Menghindari Garukan Berlebih
Untuk menghindari infeksi sekunder akibat luka garukan, sebaiknya kuku dipotong pendek dan area gatal tidak digaruk terlalu keras.
Samsul Bahri menegaskan pentingnya kolaborasi antara pengelola pesantren, santri, dan pihak dinas dalam menangani dan mencegah scabies.
“Kami siap memberikan sosialisasi dan bantuan medis ke pesantren-pesantren jika dibutuhkan,” ungkapnya.
Dinas Kesehatan Aceh Utara juga menyarankan agar pesantren menjalin kerja sama dengan puskesmas setempat untuk mendapatkan edukasi rutin dan pengawasan kesehatan lingkungan.
Dengan pencegahan yang tepat dan penanganan medis yang menyeluruh, penyebaran scabies di lingkungan pesantren dapat ditekan secara signifikan, sehingga para santri bisa belajar dengan nyaman dan sehat. (ADV)