Aceh Utara - Tuberkulosis (TBC) masih menjadi ancaman serius bagi kesehatan masyarakat di Aceh Utara. Untuk itu, Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Utara melalui Bidang Kesehatan Masyarakat terus menggencarkan kegiatan sosialisasi dan edukasi mengenai bahaya, penularan, dan pencegahan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis ini.
Plt Kepala Dinas Kesehatan Aceh Utara, Jalaluddin, S.KM., M.KM melalui Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat, Samsul Bahri, SKM., MKM, pada senin, 28 Juli 2025 menyampaikan bahwa upaya promotif dan preventif harus diperkuat di tengah masyarakat, khususnya di daerah-daerah yang padat penduduk, memiliki sanitasi lingkungan yang buruk, dan tingkat kesadaran cek kesehatan yang masih rendah.
“Tuberkulosis bukan hanya penyakit individu, tapi juga masalah kesehatan publik. Tingginya kepadatan hunian, sanitasi yang kurang layak, dan kurangnya kesadaran masyarakat untuk memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan, menjadi tantangan besar dalam upaya pengendalian TBC di Aceh Utara,” ujar Samsul Bahri.
TBC merupakan penyakit infeksi menular langsung yang menyerang paru-paru, meskipun bisa juga menyerang organ tubuh lainnya. Penyakit ini ditularkan melalui droplet udara yang keluar saat penderita batuk atau bersin. Gejala utama TBC yang patut diwaspadai di antaranya adalah batuk yang berlangsung lebih dari dua minggu, batuk berdarah, demam, penurunan berat badan secara drastis, dan keringat malam tanpa sebab yang jelas.
Melalui kegiatan sosialisasi yang dilaksanakan di puskesmas, sekolah, gampong, dan tempat umum, Dinas Kesehatan memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang pentingnya deteksi dini, pengobatan yang tuntas, serta menjaga kebersihan lingkungan sebagai langkah pencegahan. Dalam setiap kegiatan, petugas kesehatan juga menyampaikan pesan bahwa TBC dapat disembuhkan dengan pengobatan rutin selama 6-9 bulan tanpa putus.
“Kami mengajak seluruh masyarakat untuk tidak menstigma penderita TBC. Mereka tidak perlu dikucilkan, justru perlu didukung agar menjalani pengobatan dengan disiplin sampai sembuh. Pemerintah telah menyediakan pengobatan gratis melalui program DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse) di seluruh puskesmas,” jelas Samsul.
Menurut data internal Dinas Kesehatan Aceh Utara, kasus TBC cenderung meningkat setiap tahun, namun masih banyak penderita yang tidak terdeteksi akibat enggan berobat atau tidak menyadari gejala awalnya. Oleh karena itu, pada tahun 2025 ini, Dinkes menargetkan peningkatan cakupan skrining aktif terhadap masyarakat berisiko, termasuk melalui kunjungan rumah dan penyuluhan intensif.
Selain edukasi langsung, kegiatan kampanye pencegahan TBC juga diperluas melalui media cetak, elektronik, dan digital. Infografis, video edukatif, dan testimoni mantan pasien TBC dipublikasikan secara luas untuk menumbuhkan kesadaran dan empati masyarakat.
Samsul Bahri juga mengingatkan bahwa pencegahan TBC tidak cukup hanya dengan pengobatan, tetapi harus dibarengi dengan perbaikan kualitas hunian, ventilasi udara yang baik, serta perilaku hidup bersih dan sehat. “Jika ada keluarga atau tetangga dengan gejala TBC, segera sarankan untuk memeriksakan diri ke puskesmas terdekat. Lebih cepat dideteksi, lebih mudah disembuhkan,” tegasnya.
Dinas Kesehatan Aceh Utara berkomitmen untuk menurunkan angka kejadian TBC dan memutus rantai penularannya. Dengan sinergi antara pemerintah, tenaga kesehatan, dan masyarakat, diharapkan Aceh Utara dapat mencapai target eliminasi TBC pada tahun-tahun mendatang. (ADV)