Soal Sikap Ganjar Pranowo Terhadap Israel, Apa Yang Salah?


Rabu, 05 April 2023 - 05.26 WIB



Oleh : Tarmidinsyah Abubakar (Good Fathers)


Terlalu berlebihan respon sosial terhadap sikap Gubernur Jawa Tengah tentang kegagalan piala Dunia Usia 20 Tahun yang sedianya berlangsung di Indonesia.


Sebenarnya gampang saja mengetahui kenapa pernyataan Gubernur Jawa Tengah tersebut mendapat hujatan netizen. Jawabannya adalah karena Ganjar Pranowo adalah bakal calon kuat presiden Republik Indonesia.


Tentu saja bermula dari berbagai survey yang mengunggulkan namanya sebagai pemenang survey pada rata-rata bakal calon presiden yang lain yang juga diperhitungkan sebagaimana Anies Baswedan dan Prabowo Subianto.


Sesungguhnya hujatan ini tidak dapat menjadi suatu ukuran terhadap dukungan politik kepada Gubernur Jawa Tengah tersebut, kenapa?


Karena para netizen penghujat dapat saja berasal dari manajemen kampanye politik bakal calon presiden yang lain yang menganggap Ganjar Pranowo sebagai kompetitor yang sangat mengusik calon presidennya masing-masing.


Tentu saja kita tidak menafikan terhadap sikap para netizen yang pro sepakbola di Indonesia. Mereka yang melihat olahraga terlepas dari faktor politik. 


Jadi begini, kalau kita mengkaji dan menganalisa bahwa semua warga negara memiliki hak politik dimana kesadarannya sebagai warga negara yang benar tentu mereka mereka semua adalah politisi.


Maksudnya tidak mungkin para netizen yang memandang sepak bola secara murni berpikir bahwa sikap politik seseorang mempengaruhi penggagalan Indonesia sebagai tuan rumah piala dunia sepak bola.


Bilapun hukum itu berlaku maka sungguh Ganjar Pranowo ibarat superman yang bisa menggagalkan rencana besar dunia tersebut. Lalu kenapa kita tidak berpikir terbalik sedikit saja, bahwa seorang Ganjar bisa mempengaruhi dunia Internasional bahkan sebelum ia menjadi presiden.


Bagaimana kalau sempat dia menjadi presiden tentu dengan sikapnya ia dapat merubah apapun yang dikehendaki dalam dunia internasional bukan hanya di Indonesia.


Bukankah bangsa Indonesia perlu berbangga ada warga negaranya yang berpengaruh sangat besar atas dunia internasional. Lantas kenapa sulit berpikir tentang pemimpin besar sebagaimana pengaruh pemimpin besar yang pernah lahir di Indonesia yaitu Ir. Soekarno.


Kenapa netizen harus memandang sikap dan hak seseorang sebagai warga negaranya sebagai sesuatu yang negatif. Memangnya siapa sebenarnya Ganjar Pranowo itu? Apakah dia presiden Indonesia? Apakah dia sebagai kunci pengambil keputusan tertinggi negara ini? Jikapun dia gubernur, apakah Gubernur bisa membuat keputusan sebagaimana seorang presiden?


Saya rasa ada yang keliru dengan sikap sosial yang mengatasnamakan netizen negeri ini. Saya justru melihat bahwa netizen sudah melakukan politik yang cerdas dalam menggunakan haknya bersuara sebagai warga negara. Saya yakin mereka adalah warga negara yang sangat paham hak politiknya jika kita tidak ingin mengatakan mereka adalah politisi atau para pendukung opsi politik lain yang mengambil kesempatan untuk menghujat dan ingin melemahkan salah satu yang diprediksi sebagai kompetitor calon presidennya.



Kacamata Demokrasi


Baik mari kita lihat dalam kacamata demokrasi tentang sikap seorang warga negara yang bernama Ganjar Pranowo. 


Kalau ia adalah sebagai seorang Gubernur maka ia adalah tidak memiliki hak dan kewenangan untuk membatalkan agenda sepak bola dunia dimaksud.


Kenapa? Karena ia tidak berjabatan sebagai presiden Indonesia. Dalam kacamata desicion maker negara, Ganjar Pranowo tidak bisa dihitung dalam manajemen pembuat keputusan. Ia hanya bisa memberi saran dan pendapat sebagai cerdik pandai atau paling tinggi adalah sebagai penguasa wilayah provinsi yang masuk sebagai tuan rumah penyelenggara.


Kalau hanya dalam kapasitas tersebut maka seorang Ganjar Pranowo bersikap hanya dalam batasan sentimen politik bukan dalam politik yang menentukan pengambilan keputusan untuk negara Indonesia.


Lalu dalam kacamata demokrasi, sebagai warga negara, apakah dengan menjadi pemenang survey calon presiden lantas seorang Ganjar Pranowo telah kehilangan haknya dalam sikap politik sekedar sentimen politik?


Tentu hal ini juga telah menggerus haknya dalam berdemokrasi dalam negara Republik Indonesia yang menganut konstitusi demokratis sebagaimana UUD 1945 yang sudah diamandemenkan sebanyak empat kali sejak reformasi.


Sejujurnya kita menyayangkan sikap netizen terhadap hal ini yang berlebihan bahkan menghujat yang tidak mendasar. Tentu saja bagi penulis sendiri melihat hujatan terhadap seorang Ganjar Pranowo sebagai ketidaktahuan para penghujat tersebut dalam hak dan sikap warga negara selain dirinya. 


Karena itu saya memandang bahwa mereka justru telah mempamerkan sikap arogan yang mempertegas dirinya sebagai warga negara yang apriori dalam demokrasi dan tidak menghormati negaranya yang berbasis Bhinneka Tunggal Ika serta tidak bisa menerima perbedaan pendapat sebagaimana yang diajarkan dalam semua agama dan khususnya Islam bahwa perbedaan pendapat sebagai Rahmatan Lil'alamin.


Namun ada suatu kemakluman dalam pandangan penulis terhadap penghujat bahwa bangsa Indonesia yang pernah dijajah 350 tahun oleh bangsa asing. Akibat kelamaan terjajah maka netizen nusantara lemah dalam memahami demokrasi dan hak-hak menyatakan pendapat pihak lain selain dirinya.



Negara Berbasis Agama.


Dalam perspektif negara maka kita dapat menyimpulkan bahwa negara ini didirikan atas lima agama, yakni Islam, Katolik, Protestan, Hindu dan Budha. Dengan basis negara yang religius tentu saja tidak boleh ada suatu keputusan yang tanpa mempertimbangkan penghormatan terhadap nilai agama dalam keputusan politik Republik ini.


Kalau sikap seorang Ganjar Pranowo yang dipengaruhi sentimen agama dimana bangsa Israel telah memerangi kaum muslim di suatu negara maka menyatakan sikap keberpihakan sebagai ummat Islam adalah sebuah keharusan justru sikap terhadap aqidah menjadi hal utama dan wajar jika menafikan sebatas olah raga sepak bola.


Sikap solidaritas muslim dunia adalah sesuatu yang patut di tunjukkan sehingga aqidah seseorang tidak di lecehkan oleh pihak-pihak yang tidak seaqidah dengannya. Sebagai negara religius yang diikuti oleh lima sikap negara lain yang sama maka kita patut bersyukur bahwa kita dapat mengawal dan menjaga kehormatan saudara kita seiman.


Lalu pertanyaannya, sikap bagaimana selain sikap yang ditunjukkan dalam pandangan seorang Ganjar Pranowo dalam menjaga harga diri bangsa dan agamanya?


Apakah netizen Indonesia bangga dengan sikap politisi yang berafiliasi dengan partai politik yang menguber semangat perang Islam terhadap sesama Muslim itu sendiri.


Kita dengan bangga menyuarakan kami adalah Islam, kami kelompok Islam yang memperjuangkan Islam. Padahal kompetitor lainnya dalam politik dalam negara juga Islam. Lalu apa bedanya dengan mengatakan bahwa selain kelompok politik kami maka yang lain adalah orang kafir.


Nah, apakah yang demikian disebut berjuang untuk menjaga Islam dan yang demikian disebut pejuang Islam?


Jawabannya mereka adalah pemecah belah masyarakat yang menggunakan mengatasnamakan tool politik Islam. 


Oleh karena itu marilah kita berpikir dalam kacamata kekompakan melihat sikap saudara kita warga negara yang berempati terhadap ummat yang seakidah meskipun dimana saja negara mereka berada. 


Karena dengan sikap warga negara kita yang tegas dapat menentukan nasib buruk yang menimpa saudara kita yang seakidah. Jangan hanya bersikap untuk sekedar mengharap suara rakyat Indonesia dalam pemilihan presiden. Justru sikap ini adalah sikap politik para demagog yang  berpura-pura demi mendapat simpati rakyat kepada calon presiden yang di dukungnya.


Apalagi dalam perspektif beragama maka semua agama pastilah melarang ummatnya untuk bersikap hipokrit (munafiq).


Salam


Penulis adalah tokoh masyarakat Aceh pemerhati politik sosial berdomisili di Aceh

Bagikan:
KOMENTAR