Viral...!!! Makam Sumatra Pasai Ditemukan di Deli Serdang


Rabu, 11 November 2020 - 23.39 WIB




MEDAN - Tim ekspedisi pelacakan Sultan Sumatra Pasai menemukan makam salah satu Sultan Pasai di kompleks pemakaman kuno di Desa Klambir Lima Kampung, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara.

Tim ekspedisi tersebut terdiri dari tim kajian dan Kurator Museum Islam Samudra Pasai serta dibantu oleh LSM  Central Of Information for Samudra Pasai Heritage (CISAH) juga Masyarakat Peduli Sejarah Aceh (Mapesa). Mereka melakukan pelacakan jejak Sultan Sumatra (Samudra) Pasai di Hamparan Perak, yang dimulai pada Kamis-Selasa,  5-10 November 2020.

Kurator Museum Islam Samudra Pasai mengatakan pelacakan itu menindaklanjuti informasi diberikan Dr. Supayitno, sejarawan sekaligus Ketua Prodi Magister Sejarah Universitas Sumatera Utara (USU) tentang keberadaan sebuah kompleks makam kuno di Klambir Lima Kampung, Hamparan Perak, Deli Serdang.

"Informasi dalam bentuk foto tersebut terlihat beberapa batu nisan bertipologi era Kesultanan Sumatra Pasai dalam kondisi sangat memprihatinkan. Keadaan nisan makam-makam itu terpecah dalam kepingan-kepingan (fragmen) yang berhamburan di kompleks pemakaman," ujar Sukarna Putra sebagai koordinator tim sekaligus kurator Museum Islam Samudra Pasai Aceh Utara.

Berbekal informasi tersebut, tim bertolak ke Deli Serdang untuk peninjauan dan pelacakan jejak tinggalan arkeologis yang berhubungan langsung dengan zaman Sumatra Pasai. Tim ekspedisi dari Aceh Utara ini memberikan fokus konsentrasi di kawasan Hamparan Perak, terutama di kompleks makam yang telah diinformasikan tersebut.

Di hari kedua tim ekspedisi dibantu dengan kehadiran MAPESA dari Banda Aceh untuk melakukan pembersihan dan penataan batu nisan-batu nisan di kompleks makam tersebut yang sudah berserakan, terpecah, dan terbenam ke dalam tanah.

"Dari sekitar 100 fragmen yang terkempul di lokasi, terdapat bebarapa fragmen yang memliki inskripsi didapatkan beberapa tulisan. Tim mengidentifikasi bahwa ada informasi sangat berharga terpahat di 'puzzle' batu nisan yang sudah sulit untuk dirangkai kembali itu. Salah satu fragmen nisan yang terbuat dari batu andesit tersebut ditemukan terpahat kata 'As-Sultan'," ungkap Sukarna Putra.

Informasi diperoleh menyebutkan Drs. Lucas Partanda Koestoro, DEA., Arkeolog lulusan Eropa, pernah meninjau keberadaan makam itu pada  tahun 2010 bersama Drs. Dani Hapianto, yang kala itu menjabat Kabid Kebudayaan di Deli Serdang.

Mengingat informasi tinggalan yang sangat penting ini, tim ekspedisi menghubungi pihak BPCB Aceh-Sumut untuk sesegera mungkin melakukan tindakan penyelamatan.

Sekretaris Dinas Porabudpar Deli Serdang, Drs. Dani Hapianto, yang ikut mendampingi tim ke lokasi, mengharapkan situs itu segera direkomendasikan sebagai situs cagar budaya dilindungi undang-undang.

Sementara itu Rahmadsyah sekretaris Prodi Sastra Inggris FIB USU mengatakan, 10 Januari 2010 lalu telah melakukan survei tentang keberadaan sebuah makam kuno di Kampung Kelambir Lima, Kecamatan Sunggal,  Deli Serdang.

Dia menyebutkan, terdapat 3 lokasi makam dengan kondisi yang sangat memprihatinkan. Ada satu makam yang benar, sudah hancur berantakan. makam kuno dgn batu nisan saya perkirakan berusia 700 tahun, berdasarkan tipologi batu nisan Aceh sama dengan Nisan Nisan di Samudera Pasai.

"Sebagian pecahan batu nisan itu saya minta bantuan kepada seorang Ustad yang mendampingi saya untuk dijaga,  karena ini adalah bukti sejarah yang maha penting bagi menguak tabir sejarah Islam dan kerajaan Aru di Sumatera Utara," katanya.

Sedangkan, lanjutnya, satu photo fragmen batu nisan yang mengandung epitaf/tulisan saya kirim kepada, Mizuar dari MAPESA di Aceh untuk diteliti dan mengajak untuk datang ke Medan.  Setelah sepuluh bulan menunggu barulah, mereka datang ke Medan.  Maka dari pagi sampai menjelang magrib mereka melakukan kajian dan menata kembali makam tersebut hingga lebih baik dan beradab.

Ia mengaku baru bergabung pada pukul 1.45 tengah hari, karena ada tamu dari Jakarta. Benar saja, ternyata apa yang ia prediksi sangat tepat,  "pak doktor ada tulisan, "sultan atau sultanah pada salah satu fragmen batu nisan pada makam kuno tersebut". Ia mengaku terkejut dan gemetar mendengarnya. Ada makam seorang sultan diperlakukan seperti itu, rusak berantakan tidak terurus.

Menurutnya, informasi ini sangat luar biasa baginya. Sebab ini sebuah bukti kuat, bahwa Das Sungai Belawan,  merupakan kawasan pemukiman kuno dan penting dalam proses perubahan revolusioner baik secara politik dan kebudayaan di kawasan pesisir Sumatera Timur, sebagaimana ia tegaskan dalam artikelnya yang berjudul "Islamisasi di Sumatera Utara yang terbit di Jurnal Miqot tahun 2012 yang lalu.

Ia melanjutkan ceritanya, selesai dari Makam, dirinya bergegas ke rumah Ustad yang pernah dititipkan pesan untuk menyelamatkan fragmen penting dari batu nisan itu.

"Alhamdulillah, fragmen batu nisan itu masih tersimpan dengan baik. Sebagai TACB Kabupaten Deli Serdang. Ia menyarankan agar semua fragmen batu nisan dibawa ke Museum Deli Serdang untuk diteliti lebih lanjut. Makam siapa sebenarnya dan kapan datang atau tarikh pasti Makam Kuno tersebut. Dan segera bisa kita usulkan untuk dijadikan Situs Cagar Budaya.

Kemudian masih kata dia, pada pukul 8.15 malam ia baru sampai rumah dengan badan letih, tetapi hati senang dan gembira. Esok paginya, ketika, dirinya bersama pengurus DHD45 yang lain, audiensi kepada Gubernur Sumatera Utara, ia menyampaikan tentang adanya Makam Sultan di Kelambir Lima. Bersamaan dengan itu ia memberikan bukunya Batu Nisan Aceh di Asia Tenggara terbit 2018 dan buku Biografi Jamin Ginting pas di moment Hari Pahlawan. (Kingli)

Bagikan:
KOMENTAR