Rebecca Bantah Bunuh Perawat Razan Al Najjar


Selasa, 05 Juni 2018 - 21.25 WIB


Net
JAKARTA - Geram dituduh menembak seorang perawat sukarelawan Palestina di Jalur Gaza, mantan tentara perempuan Israel bernama Rebecca Rum akhirnya buka suara.


Di awal pernyataannya, Rebecca mengucapkan belasungkawa kepada keluarga Razan Ashraf al-Najjar, perawat yang tewas tertembak ketika mengobati demonstran di Jalur Gaza pada Jumat lalu.


"Saya sangat berduka mereka kehilangan putri mereka. Kehilangan nyawa selalu menjadi tragedi," ucap Rum kepada The Jerusalem Post pada Senin (4/6).


Namun kemudian, Rebecca meminta publik melakukan verifikasi fakta terlebih dulu sebelum menyebarkan satu informasi yang dapat merugikan orang lain.


"Saya sangat mencoba memahami pihak lain. Namun, orang mengambil wajah saya dan membuatnya menjadi simbol kebencian dan itu sangat bertolak belakang dengan prinsip saya," tutur Rebecca.


Rebecca merujuk pada kabar hoaks yang menyebutnya sebagai penembak jitu pembunuh Najjar. Hoaks ini pertama kali disebarkan oleh pemilik akun Facebook Suhair Nafal.


Melalui jejaring sosial tersebut, Nafal mengunggah foto Rebecca yang diambil dari akun Facebook resmi Pasukan Pertahanan Israel (IDF).


Dalam foto yang diunggah IDF pada 2014 itu, Rebecca terlihat tersenyum memegang senapan M-16 saat sedang bertugas sebagai tentara unit intelijen di Israel selatan, dekat Semenanjung Sinai. Kini, Rebecca sudah tidak mengabdi di IDF.


Ia pun terkejut ketika notifikasi jejaring sosialnya tiba-tiba dipenuhi komentar negatif, bahkan ada warganet yang mengancam akan membunuhnya.


Setelah Rebecca memberikan keterangan, Nafal mengganti foto yang diunggahnya menjadi gambar tentara perempuan Israel lain. Meski mengakui kesalahan informasi sebelumnya, Nafal tetap menyebut Rebecca sebagai teroris.


Walau pun Nafal sudah memberikan klarifikasi, foto Rebecca sudah terlanjur tersebar di berbagai media sosial. Telepon genggamnya pun tak berhenti berdering.


"Mereka tak tertarik dengan kebenaran. Rasanya mereka hanya ingin menebar kebohongan," tutur Rebecca kepada The Jerusalem Post.


Tak tahan, Rebecca akhirnya melapor ke kepolisian. Setelah itu, puluhan pengacara langsung menawarkan bantuan hukum.


Setelah merasa lebih tenang, kini Rebecca kembali mempersiapkan diri untuk menjadi sukarelawan pengajar bahasa Inggris bagi pengungsi di Yunani sebelum mereka dipindahkan ke Eropa atau Kanada.


"Bagi saya, ini adalah pilihan mutlak, mengesampingkan pertimbagnan politik karena situasinya sangat jelas bagi kita untuk memberikan nilai kepada orang lain," ucap Rebecca.


Menutup pernyataannya, Rebecca berkata, "Pada akhirnya, hanya itu yang sangat penting. Kita harus melakukan hal baik satu sama lain, tak peduli agama, politik, atau batas global."


Sumber: cnnindonesia
Bagikan:
KOMENTAR