KTT OKI Tolak Pemindahan Kedutaan AS ke Baitul Maqdis


Minggu, 20 Mei 2018 - 18.12 WIB


Net
ISTANBUL - Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) telah berakhir dengan kecaman keras terhadap pembunuhan oleh tentara Israel kepada masyarakat Gaza yang tidak bersenjata, kutip Anadolu Agency.


Berbicara dalam konferensi pers bersama Sekretaris Jenderal OKI Yousef al-Othaimeen dan Perdana Menteri Palestina Rami al-Hamdallah, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan mereka telah mengadakan pertemuan yang menunjukkan solidaritas kepada masyarakat Palestina serta menyampaikan pesan kepada Israel, yang telah melakukan pembantaian di Gaza.


Erdogan mengkiritik AS yang bertanggungjawab atas “keputusan provokatif ini yang mensabotase proses perdamaian.”


“Kami tidak akan menerima keputusan AS untuk memindahkan Kedutaan besarnya dari Tel Aviv ke Yerusalem,” ucap Erdogan. “Kami tidak akan mengakhiri solidaritas kami terhadap masyarakat Palestina.”


Erdogan juga mendorong komunitas internasional, khususnya Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa–Bangsa (PBB), untuk memenuhi tanggung jawab mereka atas persoalan Palestina.


Menekankan pengiriman pasukan perdamaian internasional untuk menolong Palestina adalah “suatu hal yang mendesak”, Erdogan mengatakan: “Kami sekali lagi menolak keputusan AS atas Yerusalem.”


Dia juga mengatakan bantuan kemanusiaan akan digencarkan selama Ramadan di seluruh negara–negara anggota OKI untuk Palestina.


Yousef al-Othaimeen, Sekretaris Jenderal OKI mengatakan dalam kata sambutan penutupannya: “Kami memutuskan untuk menugaskan Sekretariat Jenderal OKI untuk komisi internasional yang berisikan para ahli untuk menyelidiki kejahatan Israel di wilayah Palestina.


“Kami juga menyatakan bahwa pemindahan Kedutaan Besar Amerika Serikat ke Yerusalem tidak ada hubungannya dengan yang terjadi di lapangan.


Perdana Menteri Palestina Rami Hamdallah menyerukan dunia internasional untuk melakukan penyelidikan transparan atas kejahatan Israel di wilayah Palestina.


“Kami menyatakan pentingnya perlindungan internasional untuk masyarakat Palestina,” ujar dia, menambahkan,”pembukaan Kedutaan Besar AS di Yerusalem adalah tindakan provokatif yang meruntuhkan prospek perdamaian di kawasan dan ancaman bagi perdamaian dan keamanan internasional.”


“Langkah tersebut menambah keberanian Israel untuk melanjutkan tindakan ilegalnya melawan masyarakat Palestina,” kata Hamdallah.


Pemimpin Dunia


Pertemuan luar biasa ini juga dihadiri Perdana Menteri Binali Yildirim dan Menteri Luar Negeri Mevlut Cavusoglu.


Hadir pula pemimpin negara dari Afghanistan, Guinea, Iran, Qatar, Kuwait, Mauritania, Sudan, Yordania, Republik Turki dan Siprus Utara (TRNC), Perdana Menteri Palestina, Kyrgyzstan juga Pakistan mengambil bagian dalam pertemuan tersebut.


Sementara itu, Uzbekistan, Aljazair dan Sudan mengambil bagian dalam pertemuan tingkat parlementer dan senat.


Arab Suadi, Mesir, Azerbaijan, Bahrain, Lebanon, Iraq, Tunisia, Oman, Libya, Bangladesh, Burkina Faso, Chad, Indonesia, Kazakhstan, Komoro, Maldives dan Tajikistan mengambil bagian dalam pertemuan tingkat menteri luar negeri.


Lebih dari 340 media nasional dan internasional meliput pertemuan tersebut.


Beberapa jam sebelum pertemuan, Istanbul menyelenggarakan aksi unjuk rasa besar – besaran dengan mengambil tema “Mengecam Penindasan, Mendukung al-Quds [Yerusalem]” di Lapangan Yenikapi.


Ribuan masyarakat menghadiri aksi tersebut sebagai bentuk dukungan untuk masyarakat Palestina.


Di samping Erdogan, Ketua Parlemen Turki Ismail Kahraman, Perdana Menteri Binali Yildirim, Ketua Partai Pergerakan Nasional (MHP) Devlet Bahceli, Ketua Partai Persatuan Raya (BBP) Mustafa Destici, Perdana Menteri Palestina Rami al-Hamdallah, Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad al Thani, Presiden Iran Hassan Rouhani, Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev dan Raja Yordania Abdullah II juga hadir dalam aksi tersebut.


Sedikitnya 62 warga Palestina tewas dan lebih dari 3.000 lainnya luka-luka di Gaza pada Senin setelah pasukan Israel menembaki para demonstran yang memprotes peringatan 70 tahun berdirinya Israel — peristiwa yang disebut Nakba (malapetaka) oleh orang Palestina — dan memprotes peresmian Kedutaan Besar AS di Yerusalem.


Sumber: Hidayatullah
Bagikan:
KOMENTAR