Ini Alasan Menteri Susi Kejam Terhadap Para Maling Ikan


Sabtu, 15 Juli 2017 - 18.19 WIB


JAKARTA - Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menjadi menteri yang dianggap kejam terkait dengan praktik penangkapan ikan secara ilegal (illegal fishing).


Sejak awal menjabat sebagai orang nomor satu di Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Susi terbukti serius memerangi illegal fishing. Buktinya dengan menerbitkan aturan moratorium kapal asing beroperasi, moratorium bongkar muat di tengah laut (transhipment).


Susi menjelaskan, sebagai makhluk hidup ikan juga pastinya akan mati. Namun, jika pencurian ikan secara ilegal terus terjadi, dipastikan jumlahnya akan habis.


"Ikan kalau tidak ditangkap akan mati, ya benar, tapi dia akan regenerasi. Itu fitrah makhluk hidup," kata Susi saat menjadi pembicara kunci acara Halal Bihalal Iluni UI di Gedung Mina Bahari III KKP, Jakarta, Sabtu (15/7/2017).


Susi menceritakan, awal menerapkan aturan anti illegal fishing mendapat banyak bantahan oleh para pakar maupun akademisi. Namun, untuk mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia, dan menjaga kedaulatan, keberlanjutan, dan kemakmuran masa depan bangsa. Maka, illegal fishing harus diberantas.


"Kita tidak punya sumber daya lain yang dikuasai Indonesia. Ikan jadi satu-satunya and this is renewable, you can do more," ungkap dia.


Susi menyebutkan, hampir 3 tahun mengawal sektor kelautan dan perikan, hasilnya Indonesia menjadi negara yang disegani untuk praktik illegal fishing.


"Kenapa saya begitu kejam, karena pemberdayaan tidak ada gunanya kalau tidak ada ikannya. Kedua, selain pemalsuan dokumen ada juga smuggling dari senjata, drugs, goods, bir, rokok, triplek, sepatu," papar dia.


Oleh karena itu, kata Susi, illegal fishing bukan hanya dilihat dari sudut penangkapan ikan saja. Melainkan, banyak transaksi perdagangan ilegal, hingga perbudakan di atas kapal.


"Saya senang bisa bebaskan 2.000 lebih orang-orang Myanmar di Benjina. Tapi kita juga tahu ratusan ribu orang Indonesia belum bebas. Menurunnya rumah tangga nelayan many of them itu menjadi buruh di kapal, dan banyak lagi hal seperti itu," tukas dia. [Detik]
Bagikan:
KOMENTAR