Sejarah kerajaan Lamuri Aceh


Kamis, 01 Juli 2021 - 07.55 WIB



Banda Aceh - Selain Sriwijaya dan Panai, kerajaan di Aceh ini juga ditaklukkan Raja Cola dari India. Penduduknya pun menjadi mayoritas Tamil.



Lewat Prasasti Tanjore dari abad ke-10, bangsa Cola di India mengingat kekuatan dahsyat Ilamuridesam. Kerajaan ini menandai adanya sistem kerajaan paling awal di Tanah Rencong.



Prasasti Tanjore dikeluarkan penguasa Cola, Rajendracola I pada 1030, sekira lima tahun setelah ekspedisi ke wilayah Sumatra dan sekitarnya. Di dalam prasasti, Ilamuridesam tercatat sebagai salah satu negara yang ditaklukkan, selain Sriwijaya, Pannai, dan Malayu.



George Coedes dalam Asia Tenggara Masa Hindu-Buddha mengidentifikasi Ilamuridesam sebagai Kerajaan Lamuri. Lokasinya diperkirakan di ujung utara Sumatra.



Setelah dikalahkan Kerajaan Cola, tulis O.W. Wolters dalam Kebangkitan dan Kejayaan Sriwijaya Abad III-VII, Lamuri diubah menjadi salah satu mandala kerajaan Tamil itu. Penamaan Ilamuridesam pun baru ada sejak kekalahan itu.



Ilamuridesam, menurut Ambo Asse Ajis, Peneliti Balai Pelestarian Cagar Budaya Aceh, berasal dari kosa kata dalam Bahasa Tamil. Nama itu merujuk pada suatu wilayah luas, di antara Afrika, Sri Lanka, dan Nusantara.



“Daratan itu tidak ada lagi dan dipercaya telah berada di bawah Samudera Hindia akibat bencana alam,” kata Ambo.



Dalam “Ramni-Ilamuridesam: Kerajaan Aceh Pra-Samudera Pasai”, termuat di Berkala Arkeologi Sangkhakala, Ambo menjelaskan sebelum diberi nama Ilamuridesam, kerajaan ini dikenal dengan nama Ramin (Ramni). Penamaan yang lebih lawas itu ditemukan dalam catatan orang Arab pada abad ke-9. Ia berasal dari Dinasti Abassiyah yang sangat aktif mendatangi Selat Malaka.



“Akibat penaklukan yang dilakukan oleh Rajendra I dari Kerajaan Colamandala, Kerajaan Ramin kemungkinan dianeksasi, namanya menjadi Ilamuridesam,” jelas Ambo.



Pemberian nama Ilamuridesam juga berkaitan dengan kisah Ramayana dan Mahabarata dalam tradisi Tamil. Alkisah, ada seorang tokoh bernama Nayan, sahabat Rama sekaligus saudara Rahwana. Untuk membantu sahabatnya, Nayan membangun jembatan sepanjang 4.500 km dari Sri Lanka sampai India.



Nayan adalah putra Mahamuni Mayan yang tinggal di Ilamuridesam.



Ambo menduga pemberian nama itu adalah hasil penyesuaian karakter negeri Ilamuridesam dengan Ramni. Keduanya memiliki kesamaan geografis, masyarakatnya tinggal dekat sungai, memiliki gajah, dan kekayaan tambang.



"Hal ini sekaligus menjadi sarana legitimasi kekuasaan Rajendracola I," jelas Ambo.



Bukan Kerajaan Islam Pertama



Setelah Lamuri ditaklukkan, penduduknya kemudian mayoritas orang Tamil. Kondisinya tergambar dalam beberapa catatan asing.



Ahli geografi Tiongkok, Chau-Yu-Kwa, dalam Chen  Fan Che pada 1225, menyebutkan lokasi Kerajaan Ilamuridesam dengan pelafalan Lan-Wu-Li. Cirinya belum Islam dan istananya memiliki dua ruang tamu. Jika bepergian, rajanya ditandu atau mengendarai seekor gajah. Komoditas perdagangannya adalah kayu sepang, gading gajah, dan rotan putih.



Marcopolo, penjelajah dari Venesia yang mampir ke Sumatra pada 1292, menyebut penduduk Lamuri belum beragama Islam. Mereka masih menyembah berhala.



Menurut Ambo, catatan asing dari abad ke-13 menunjukan pada masa itu masyarakat di Lamuri atau Ilamuridesam belum memeluk Islam. Mereka masih beragama Hindu, sebagaimana bangsa Tamil.



Ma Huan kemudian memberitakan, ketika dia berkunjung ke Lamuri pada abad ke-15, seluruh penduduknya sudah beragama Islam. Dalam Yingya Shenglan, penerjemah resmi Cheng Ho itu bercerita banyak hal tentang negeri Lam-bo-li, yang diidentifikasi oleh Groeneveldt sebagai Lambri atau Lamuri.



Menurut Ma Huan, negeri itu terletak di sebelah barat Sumatra dan berjarak tiga hari pelayaran. Waktu itu, dari 1.000 keluarga yang mendiaminya, seluruhnya sudah memeluk Islam. Begitu pula rajanya.



“Hasil analisis itu tampaknya berbeda dengan hasil interpretasi yang dilakukan (Repelita wahyu, red.) Oetomo, yang menyebut Lamuri atau Ilamuridesam adalah kerajaan Islam sebelum Samudera Pasai,” kata Ambo.




Sumber: Historia

Bagikan:
KOMENTAR