Puluhan Tenaga Honorer K2 Kota Sabang Minta Pemerintah Perhatikan Nasib Mereka


Selasa, 25 September 2018 - 11.27 WIB


Sabang (24/9) - Sebanyak Tiga puluhan Honorer K2 Kota Sabang meminta keadilan agar pemerintah memperhatikan nasib mereka dengan segera diangkat menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS), aksi tersebut dipusatkan di tugu 0 Km Indonesia di Kota Sabang.

Koordinator Aksi Iskandar Mega dalam Orasinya meminta Pemerintah untuk segera memperhatikan nasib mereka yang berada di daerah terpencil dan terluar yang berada di ujung paling barat Indonesia.

Ia bersama honorer K2 lainnya berharap kepada Presiden RI dan Menpan RB agar bisa mengangkat mereka yang masih tertinggal dan belum diangkat menjadi CPNS.

“Apalagi jumlah kami hanya tersisa 62 orang lagi yang tersisa dan masih mengabdi di Kota Sabang,”Ujarnya.

Ia dan pihaknya menuntut kepada pemerintah agar peduli terhadap nasib merekaa serta memberikan keadilan untuk diangkat sebagai CPNS tanpa tes dan tanpa syarat.

“Kami menuntut untuk diangkat tanpa test tanpa syarat mengingat kami telah mengabdi hingga belasan tahun, apalagi saat ini usia kami sudah lewat umur. Jadi kami memohon untuk diangkat tahun ini juga menjadi CPNS,” imbuhnya.

Safrina, salah satu honorer yang hadir dalam aksi tersebut mengatakan Ia sudah 14 tahun mengabdi sebagai tenaga kesehatan pada salah satu Rumah Sakit di kota Sabang.

Menurutnya, walaupun sudah mengabdi hingga belasan tahun sampai saat ini pemerintah tidak peduli dengan nasib mereka sebagai honorer K2 yang dari berbagai profesi baik dari tenaga kesehatan maupun guru.

”Yang lebih sedih sedih saat ini, status saya dari tenaga harian lepas K2 malah diturunkan menjadi tenaga bakti Rumah Sakit, padahal saya sudah sangat lama mengabdi di Sabang ini,” Keluhnya.

Ia berharap pemerintah baik dari Presiden RI maupun Menpan RB untuk kembali meninjau ulang nasib mereka, sehingga mereka juga punya kesempatan yang sama untuk diangkat menjadi PNS.

Penulis Fahmy M Al Asyi
Direktur Lembaga Pers Mahasiswa Islam (LAPMI) HMI Aceh Besar
Bagikan:
KOMENTAR