Banda Aceh - Kalangan petani pala di Kabupaten Aceh Selatan mengeluhkan merosotnya harga komoditas ekspor tersebut karena terus menurun sejak beberapa bulan terakhir.
"Kami mengeluhkan harga pala basah di tingkat petani terus merosot. Bahkan, kini sepertinya tidak ada nilai lagi," ungkap Sarbunis, petani pala asal Tapaktuan, Kabupaten Aceh Selatan, yang dihubungi dari Banda Aceh, Kamis.
Sarbunis menyebutkan, harga pala basah di tingkat petani saat ini Rp16 ribu. Sedangkan harga idealnya bagi petani di kisaran Rp24 ribu/kg, harga ideal tersebut sudah menutupi biaya operasional dan bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Dengan harga pala basah Rp16 ribu, sebut Sarbunis, petani tidak bisa apa-apa lagi. Jangankan menutupi kebutuhan sehari-hari, memenuhi biaya operasional tidak mencukupi.?
Sebelumnya, kata dia, harga pala basah mencapai Rp28 ribu. Harga tersebut sempat membuat petani tersenyum, namun kondisi berbalik, harga pala terus merosok Rp23 ribu, turun Rp18 ribu, hingga akhirnya bertahan di angka Rp16 ribu.
"Kami benar-benar tidak sanggup lagi, harga pala yang terus merosot membuat kami kesulitan ekonomi. Kami hanya mengandalkan pala karena tidak ada pekerjaan lain," kata dia.
Sarbunis mengaku heran turunnya harga pala basah. Padahal, nilai dolar terhadap rupiah meningkat. Tidak seperti krisis moneter 1998, di mana dolar meningkat, harga pala juga ikut naik.
"Selain harga murah, agen pengumpul juga sepertinya enggan membeli pala basah petani. Kami tidak mengetahui mengapa ini terjadi. Kami berharap ada solusi terhadap turunnya harga pala basah tersebut," kata Sarbunis
Sarbunis juga mengharapkan pemerintah daerah mencari penyelesaian permasalahan harga pala tersebut. Sebab, sebagian besar penduduk Aceh Selatan bergantung hidup dari komoditas pala.
"Persoalan pala tidak hanya masalah merosotnya harga, tetapi juga permasalahan hama yang hingga kini tidak kunjung selesai. Akibat hama, banyak tanaman pala mati," kata Sarbunis.
Sumber : Antaranews Aceh