Aceh Utara – Dalam upaya meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap kesehatan kulit, Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Utara kembali menggelar kegiatan sosialisasi mengenai penyakit kulit yang tidak menular. Kegiatan ini dipimpin oleh Plt Kepala Dinas Kesehatan Aceh Utara, Jalaluddin, S.KM., M.KM melalui Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat, Samsul Bahri, SKM., MKM, yang menekankan pentingnya edukasi dini kepada masyarakat mengenai jenis-jenis penyakit kulit tidak menular, gejala, serta cara pencegahannya Kamis 28/08/2025.
Sosialisasi ini digelar di beberapa wilayah pemukiman padat penduduk dan pusat pelayanan kesehatan masyarakat, dengan tujuan agar masyarakat lebih mengenal dan memahami penyakit kulit yang sering dianggap sepele namun dapat berdampak pada kualitas hidup penderitanya.
“Masih banyak masyarakat yang belum mengetahui perbedaan antara penyakit kulit menular dan tidak menular. Padahal, beberapa penyakit kulit yang tidak menular juga bisa sangat mengganggu kenyamanan dan produktivitas sehari-hari,” ujar Samsul Bahri dalam sambutannya saat membuka kegiatan sosialisasi di salah satu Puskesmas di Aceh Utara.
Dalam kegiatan tersebut, Samsul Bahri menjelaskan beberapa jenis penyakit kulit yang tergolong tidak menular, seperti psoriasis, eksim (dermatitis atopik), vitiligo, dan urtikaria (biduran). Penyakit-penyakit tersebut memang tidak menular, namun memerlukan perhatian medis dan perawatan yang tepat agar tidak memperburuk kondisi kulit penderita.
Ia mencontohkan, psoriasis merupakan penyakit autoimun kronis yang menyebabkan sel-sel kulit berkembang terlalu cepat, sehingga menimbulkan bercak tebal, bersisik, dan terkadang disertai rasa nyeri atau gatal. Meski tidak menular, penyakit ini dapat menyebabkan gangguan psikologis pada penderitanya karena efek visualnya yang mencolok.
Sementara itu, eksim atau dermatitis atopik sering menyerang anak-anak maupun orang dewasa. Gejalanya berupa kulit kering, gatal, dan peradangan yang bisa muncul akibat reaksi alergi, stres, atau paparan zat iritan seperti deterjen dan sabun keras. Tanpa penanganan yang tepat, kondisi ini dapat berlangsung dalam jangka panjang dan memperburuk kualitas hidup.
Dalam sosialisasi ini, masyarakat juga diberikan pemahaman mengenai vitiligo, yaitu kondisi kulit di mana pigmen kulit menghilang, sehingga menyebabkan bercak putih yang kontras di kulit. Meski tidak berbahaya dan tidak menular, vitiligo dapat memengaruhi kepercayaan diri penderitanya, terutama jika terjadi di area tubuh yang terbuka.
Urtikaria atau biduran juga menjadi salah satu fokus edukasi dalam kegiatan ini. Kondisi ini menyebabkan bentol-bentol merah yang terasa gatal di kulit akibat reaksi alergi atau stres. Meski bersifat sementara, urtikaria bisa sangat mengganggu dan menimbulkan kekhawatiran jika tidak diketahui penyebabnya.
Samsul Bahri menegaskan bahwa pengenalan terhadap penyakit kulit tidak menular sangat penting agar masyarakat tidak salah kaprah dalam menyikapi dan menangani kasus-kasus yang muncul di lingkungan sekitar.
“Masih ada anggapan keliru di tengah masyarakat bahwa semua penyakit kulit itu menular, sehingga seringkali penderita dikucilkan. Padahal, beberapa jenis penyakit kulit seperti psoriasis dan vitiligo sama sekali tidak bisa menular melalui sentuhan atau kontak langsung,” jelasnya.
Dinas Kesehatan Aceh Utara juga mendorong masyarakat agar tidak ragu untuk memeriksakan kondisi kulit mereka ke Puskesmas atau fasilitas kesehatan terdekat. Edukasi dan penanganan sejak dini merupakan kunci untuk mencegah komplikasi lebih lanjut dan membantu penderita menjalani hidup dengan lebih nyaman.
Kegiatan sosialisasi ini juga disertai dengan pembagian leaflet informasi, sesi tanya jawab dengan petugas kesehatan, dan pemeriksaan kulit gratis bagi warga yang hadir. Antusiasme masyarakat terlihat tinggi, terutama dari kalangan ibu rumah tangga dan lansia yang ingin mengetahui lebih banyak tentang perawatan kulit sehat.
Melalui kegiatan ini, Dinas Kesehatan Aceh Utara berharap masyarakat tidak hanya lebih sadar terhadap pentingnya menjaga kesehatan kulit, tetapi juga semakin bijak dalam menghadapi penderita penyakit kulit yang tidak menular dengan lebih empati dan dukungan moral.
“Kami akan terus melakukan pendekatan edukatif dan promotif ke berbagai lapisan masyarakat agar stigma terhadap penyakit kulit dapat dikurangi. Kesehatan kulit adalah bagian penting dari kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan,” tutup Samsul Bahri. (ADV)