Oleh : Aceh Good Fathers
Kepemimpinan presiden selama dua periode dimana di Indonesia berakhir dalam sepuluh tahun. Biasanya dimana-mana akan terjadi kejenuhan masyarakat dalam menjalani masa pemerintahan, meskipun pemerintahan itu berlangsung secara normal dan banyak masyarakat menganggapnya sukses.
Sebagaimana stamina secara alami menjadi lemah, sebagaimana kulit mengalami iritasi, sebagaimana mesin mengalami gesekan dan menuntut pergantian onderdil karena kebutuhan untuk kelancaran dan untuk memuluskan rencana produksi.
Begitupun dalam perencanaan politik sebuah rezim yang cerdas dan memahami sistem sosial yang baik mereka tidak pernah menganggap rakyat itu ststis, tetapi mereka hanya melihat rakyat atau manusia dalam pemikirannya yang ingin hidup dinamis.
Dalam lima tahun saja atau satu periode sudah banyak mengalami perubahan apalagi dalam waktu sepuluh tahun yang telah membesarkan sebuah generasi baru dimana mereka hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang berkembang dalam pergaulan dunia yang lebih terbuka.
Pembubaran sebuah organisasi supporting dalam politik biasa terjadi di dunia politik demokrasi di negara-negara maju. Apalagi pada awal pembentukan organisasi relawan (volunteers) bersifat sukarela.
Namun setelah perjalanan masa kepemimpinan negara, mereka biasanya berubah dan melakukan peran-peran pemerintahan yang tidak dapat dihambat oleh presiden karena mentalitas merekapun semakin berubah menjadi penguasa dan dalam banyak hal melakukan intervensi politik ke dalam sistem kekuasaan.
Volunteer atau relawan itu yang awal berada pada ranah politic supporting kemudian berubah menjadi lebih percaya diri apalagi mereka bisa melakukan tindakan yang membuat kenyamanan kekuasaan terganggu.
Kemudian mereka juga akan berubah menuju agent-agent kekuasaan, misalnya dalam prilaku penetapan kepala daerah, akan bertaburan mereka yang melakukan dan memposisikan diri sebagai pihak yang menentukan keputusan pemerintah dan presiden untuk menunjuk kepala daerah tersebut.
Karena itulah banyak yang kecolongan, para calon menyogok uang miliaran untuk menjadi pejabat kepala daerah yang mendistorsi politik dan kebijakan kepentingan publik pemerintah menjadi kebijakan publik kelompok yang menguasai daerah karena berhasil menempatkan pejabat penguasa dan mereka adalah pemilik tangan-tangan gurami dalam kekuasaan itu.
Yang terjadi adalah rakyat mengalami melarat karena mesin kekuasaan terlalu besar akibat faktor kuantitas dan masyarakat tidak mampu melihat kualitas dalam sistem kekuasaan. Jangankan masyarakat para politisi sendiri juga minus kualitas dalam menggunakan mesin atau jaringan organisasi supporting yang mereka namakan relawan pendukung presiden.
Sesungguhnya demokrasi Indonesia di adobsi sistem demokrasi Amerika pada tahun 1998 dan terjadinya reformasi di Indonesia yang membawa rakyat Indonesia dalam kehidupan modern meski mentalitas rakyat Indonesia masih inlanders (terjajah) dalam politiknya.
Kita sering beranggapan penjajahan hanya dengan senjata karena itu adalah landasan pikiran kita tentang penjajah. Padahal dalam politik penjajah itu ada dimana-mana bahkan keluarga kita sendiri. Tapi kita tidak memahaminya, kenapa?
Karena kita tidak memahami ilmu politik membangun rakyat dan bangsa. Sebahagian besar tokoh Indonesia berada dalam ranah politik propaganda sehingga mereka hanya membuat kebijakan yang populer mereka takut tidak ramai tidak ada yang tepuk tangan. Dalam ilmu politik mereka yang berada dalam ranah model ini sesungguhnya mereka adalah demagog, yang jauh dari negarawan.
Prilaku demagog inilah yang merusak pembangunan rakyat, anda bisa melihat mereka sangat berwibawa, didepan anda mereka sangat santun tapi dibelakang rakyat mereka hanya mendewakan besaran kekuasaan dan egoismenya tanpa mau membuka diri dan memahami kehidupan rakyat yang menjerit.
Karena kondisi politik sosial kita masih belum menggunakan standar demokrasi yang total lahir dan bathin, apalagi pengetahuan terbatas maka pahlawan dan pecundang dalam kehidupan rakyat kita juga sulit mengenalinya.
Lalu, anda bertanya kenapa organisasi Ganjar Mania dibubarkan dan reaksi Ganjar kenapa tenang dan tidak terlihat panik dan memelas sebagaimana mentalitas demagog?
Jawabannya karena dia adalah negarawan dan memiliki ilmu politik perubahan sosial tidak sebagaimana politisi dan pemimpin yang kita lihat di daerah. Memecat timsesnya kemudian melakukan pembunuhan karakter terhadap kordinator tim suksesnya agar tidak merongrong kekuasaannya.
Bahkan sebahagian besar mereka berseteru dengan wakilnya sendiri yang merupakan alter ego (orang kepercayaan utamanya) dalam pemerintahan. Yang model begini, rakyat harus paham mereka minus dari segala aspek kepemimpinannya. Bahkan saya beranggapan mereka tidak memahami kepemimpinan pemerintahan yang berdampak besar pada kehidupan rakyat secara keseluruhan.
Lalu, apalagi yang bisa kita simpulkan dalam melihat seorang Ganjar?
Dia adalah pembuat perubahan dan akan menjawab pasangan yang mengklaim secara simbolik sebagai pasangan pembawa perubahan. Anda harus bertanya perubahan apa?
Apakah perubahan kekuasaan sebagaimana politik kita belakangan ini? Nah kalau perubahan simbolik yang hanya pada pergantian kekuasaan maka tidak berbeda bahwa mereka sedang membohongi rakyat dalam politik.
Karena klaim perubahan tetapi kita tidak melihat substansi perubahan apa yang dilakukan, mereka hanya berorientasi pada egoisme bahwa kami lebih bisa dipercaya, kami lebih punya perhatian kepada masyarakat, kami lebih tinggi pendidikan, kami lebih dan lebih dari yang lain dalam status sosial. Itu semua adalah kebohongan, karena mereka yang tidak terlibat dalam partai politik tidak bisa merasakan bagaimana dinamika kehidupan kader dan mereka tidak mampu mengarahkan kehidupan kadernya yang merupakan calon-calon pemimpin rakyat atau setidaknya adalah agen perubahan dalam politik.
Apakah seorang dosen bisa memimpin dalam kepemimpinan sosial yang demokratis? Terhadap tema ini akan diturunkan pada narasi yang akan datang.
Kemudian narasi kenapa Ganjar Pranowo merambah dunia tiktok, dunia media online juga akan diturunkan pada edisi berikutnya demi mencerahkan pemikiran politisi dan rakyat Indoenesia yang Bhineka Tunggal Ika.
Salam