Petani Di Pidie Jaya Berebut Air Di Masa Tanam Reuweung Pada Malam Hari


Selasa, 27 Juli 2021 - 08.14 WIB



PIDIE JAYA - Akibat kelangkaan air di musim tanam reuweung (Gaduh) tahun ini banyak petani di Kabupaten Pidie Jaya, Aceh, mengeluh karena mereka terpaksa bergadang di malam hari demi mendapatkan aliran air ke sawah mereka.


"Kami terpaksa harus bergadang pada malam hari untuk mengaliri air kesawah kami,bahkan kami mulai menelusuri arah air kehulu dari pukul 17.00 wib sore hingga sampai jam 06.00 wib subuh, itu pun jam 06.00 wib subuh air pun belum tentu merata mendapatkannya," sebut Sulaiman Warga Gampong Keurisi Meunasah Beureumbang, Senin 26 Juli 2021.

Menurut dia, petani harus bergadang pada malam hari untuk mengaliri air kesawah mereka di karenakan pada siang hari itu merupakan jatah air ke wilayah lahan persawahan lainnya.

"Air dari irigasi krueng kiran jarak nya sekitar puluhan kilo meter ke atas pergunungan yaitu lokasi hulu air yang mengalir ke aliran sungai tersebut," jelasnya.

Pada malam hari ada pun desa-desa yang membutuhkan air ke persawahan di kecamatan jangka buya mulai dari Desa Mukoe Khutang, Desa Meunasah Kumbang, Meunasah Mee, Meunasah raya, Meunasah Lueng, Meunasah geureumbang, termasuk desa cot serta buket teugoh," terang Sulaiman.

Kendati, di mana sebagian para petani yang lagi menelusuri arah air dari atas di malam hari, tetapi petani lain sudah membuat sangga air di bawah agar masuk ke sawah nya masing-masing, namun di sini lah sering terjadinya berebutan serta cek cok sesama petani.

Selain itu, bahkan ada juga petani yang ikut bergadang semalaman tak mendapatkan jatah air nya di karenakan sawah nya berada di paling ujung aliran air tersebut.

"Di karenakan ke banyakkan sawah di kecamatan jangka buya tahun ini hanya menunggu air hujan akibat tandas, apalagi tanaman gaduh merupakan masa tanam salah waktu alias reuweung, yang merupakan program pemerintah, petani harus tanam dua kali setahun," sebut Ridwan petani lainnya.

Sementara itu kepala dinas pertanian dan pangan Pidie Jaya, drh.Muzzakir, menyebutkan bahwa ada lima kecamatan di Kabupaten Pidie Jaya, Aceh, kekurangan air di masa tanam reuweung (gaduh) setiap tahun di akibatkan terkendala dengan saluran irigasi yang masih minim.

Luas area persawahan di Kecamatan Jangka Buya sekitar 600 hektar lebih, hampir rata rata sawah di kawasan ini merupakan lahan tandas di musim tanam gaduh setiap tahunnya, maka persoalannya ada di irigasi serta di duga dengan kurangnya debit air di hulu.

" memang tanam di masa gaduh itu selalu kurang air, jadi ada lahan lahan yang sering tak ada air, maka tak bisa di garap sawah nya, namun persoalan irigasi bisa di konfirmasi dengan pihak pengairan, karena pengairan yang bisa menjelaskan persoalan itu," sebut Muzakkir.

Selain itu kata dia, hampir semua kecamatan yang desa desa tertentu yang kondisi nya kekurangan air di masa tanam gaduh setiap tahun nya, kecuali yang memang sama sekali tak kurang air itu ada di kecamatan Ulim, Meureudu, dan Meurah Dua. 

"Seperti kecamatan jangka Buya mereka itu mereka sebagian mengaliri air kesawah nya melalui irigasi Batee iliek, kabupaten Bireun, namun apabila kawasan das Batee iliek debit air nya berkurang petani di sana akan menutup akses nya ke kawasan jangka Buya," jelas Muzakkir. 

Hal ini yang harus di selesaikan oleh pemerintah Aceh di karenakan ini merupakan irigasi antar kabupaten Pidie Jaya dan Kabupaten Bireun.(red).
Bagikan:
KOMENTAR