Ist |
Juru bicara pasukan elite itu, Abolfazl Shekarchi, menyatakan, pelaku serangan bukan berasal dari kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
Dikutip IRNA via Al Jazeera, Minggu (23/9/2018), pelaku serangan parade militer dilatih dan diatur oleh dua negara teluk.
Shekarchi menuturkan, organisasi yang mengatur pelaku itu ada hubungannya dengan Amerika Serikat dan dinas intelijen Israel, Mossad.
"Siapa pun yang berada di belakang serangan itu bakal menghadapi balas dendam yang mematikan dan tanpa kenal ampun," ancam Shekarchi.
Meski tak menyebut spesifik, diyakini dua negara teluk yang dituding Shekarchi adalah Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA).
Sementara pengamat politik Iran Mostafa Koshcheshm mengatakan, pergerakan al-Ahzavi yang juga mengklaim bertanggung jawab dilatih Saudi.
Koshcheshm menjelaskan, kelompok tersebut bertujuan membuat Provinsi Khuzestan yang kaya akan minyak memisahkan diri dari Iran.
UEA melalui Menteri Luar Negeri Anwar Gargash dalam kicauannya di Twitter membantah mereka terlibat dalam serangan parade militer di Ahvaz.
"Posisi UEA sudah jelas. Kami memerangi terorisme. Karena itu, tuduhan yang diberikan Iran tak bertanggung jawab," tutur Gargash.
Sebelumnya, empat orang yang berpakaian militer melepaskan tembakan ke arah barisan marching band, pejabat pemerintah, dan kerumunan warga yang menonton.
Di antara 29 orang yang tewas, ABC News memberitakan, 12 di antaranya merupakan anggota Garda Revolusi. Serangan itu juga mengakibatkan 70 orang terluka.
Pssca-serangan, Teheran langsung memanggil para duta besar dari Denmark, Belanda, dan Inggris. Ketiga negara itu dianggap tuan rumah kelompok teroris yang jadi pelaku serangan.
Sumber: Kompas